Senin, 02 Mei 2011

ABOUT SUBUD

Source: http://prov.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/3091

Persaudaraan kejiwaan yang didirikan Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo pada tahun 1947 di Yogyakarta. Disingkat SUBUD, yang maknanya: susila berarti "budi pekerti baik"; budhi berarti "daya kekuatan pribadi yang ada pada setiap manusia'; dharma berarti "penyerahan, ketawakalan dan keiklasan terhadap Tuhan Yang Maha Esa". Anggaran dasarnya ditetapkan pada tahun 1964 dengan kedudukan pengurus pusat di Jakarta. Penanggung jawab pusatnya adalah Drs. Kusumo Sutanto dan Ir. Haryono Sumohadiwidjojo sebagai penasihat. Pemimpin perkumpulan kejiwaan ini, Mohammad Subuh, meninggal dunia pada tanggal 22 Juni 1990, tepat pada hari kelahirannya.


Kejiwaan SUBUD terjadi pada malam hari di tahun 1925 ketika Muhammad Subuh melihat cahaya sangat terang jatuh dari langit. Cahaya ini menimbulkan getaran hidup dalam dirinya. Ia sadar bahwa daya hidup yang berada di luar jangkauan pikiran dan perasaannya itu berasal dari kekuasaan Tuhan. Dalam latihan kejiwaan SUBUD, para peserta dan pelatih dibimbing oleh kekuasaan Tuhan. Pada hakikatnya mereka dilatih untuk memiliki ilmu pemisah kejiwan untuk membedakan yang benar dari tuntunan Tuhan dan yang berasal dari pengakuan diri sendiri. Lambang SUBUD adalah 7 lingkaran dan 7 garis lurus seperti jari-jari roda. Lingkarannya menggambarkan tujuh daya hidup atau roh, yakni roh rewani, daya hidup kebendaan; roh nabati, daya hidup tumbuh-tumbuhan; roh hewani, daya hidup binatang; roh jasmani, daya hidup manusia; roh rohani, daya hidup pendeta; roh rahmani, daya hidup rasul-rasul; roh robani, daya hidup Yang Mahakuasa. Ketujuh daya hidup ini ada di dalam diri manusia dan merupakan kesatuan "daya hidup besar". Tiga daya hidup (rewani; nabati, hewani) berada di bawah daya hidup manusia sehingga dapat dikuasai manusia, artinya dapat dicapai hati dan akal pikiran manusia. Tetapi tiga daya hidup lainnya (rohani; rahmani, robani) berada di luar jangkauan hati dan akal pikiran. Untuk dapat menjangkaunya, Tuhan mengaruniai manusia rasa diri batiniah, dan agar dapat menggunakannya, manusia harus mengalami kematian sebelum mencapai kematian yang sesungguhnya.


SUBUD berkembang di luar negeri sejak tahun 1956. Pada tahun 1957 penyebarannya telah meliputi 60 negara yang tersebar di Afrika, Asia, Australia, Eropa, Amerika Utara dan Amerika Selatan. Pada kongres SUBUD sedunia IV pada tahun 1971 di Wisma SUBUD Jakarta, hadir sekitar 2.000 utusan dari 79 negara. Perkembangan selanjutnya ada sekitar 88 cabang Persaudaraan SUBUD Internasional di berbagai tempat di dunia dengan sekitar 100.000 pengikut aktif. Beberapa penulis barat yang menerbitkan buku-buku SUBUD antara lain adalah H. Rofe, Reflection on Subud (Amsterdam, 1959) dan Path of Subud (London, 1959); Gordon van Hien, What Is Subud (London, 1963); Varendra Vittachi, Assignment in Subud (New Yark, 1965); J.P. Barter, Toward Subud.





2 komentar:

  1. Pak Subuh meninggal bukan pada 22 Juni, melainkan pagi hari tanggal 23 Juni 1987.

    BalasHapus